Pendakian Gunung Cikuray via Cintanagara Bayongbong

Sesungguhnya, perjalanan kali ini merupakan bagian dari Diklat Kepemimpinan ekstrakulikuler di sekolah, yaitu SISMARPALA, semacam Mapala nya SMA atau biasa kita kenal Sispala (siswa pecinta alam).

Perjalanan diawali pada hari Jum'at tanggal 15 Oktober 2018, dengan titik kumpul awal di sekolah. Perjalanan dari Bandung dimulai pukul 07.30 dengan menggunakan sepeda motor dengan jalur normal melalui cileunyi-cicalengka-nagreg dan seterusnya. Perjalanan kurang lebih ditempuh selama 4 jam dengan sesekali berhenti di indomaret untuk melengkapi logistik dan berhenti di pom bensin serta beristirahat di masjid untuk menunaikan sholat jum'at.

Sampai pada akhirnya perjalanan menuju basecamp dilanjutkan pada pukul 13.00 dan sempat salah jalan karena rombongan kami yang terpisah. Namun, karena feeling kami kuat, akhirnya rombongan yang sempat terlalu jauh dengan kami, mereka kembali lagi dan mepanjutkan perjalanan kearah basecamp yang jalan nya terlewat oleh kami.

Kami sampai di basecamp sekitar pukul 14.30 dan langsung packing ulang dan mengurus simaksi. Simaksi cukup murah dengan hanya membayar Rp.20.000 sudah termasuk parkir selama 3 hari 2 malam.

Jalur Bayongbong memang tak sepopuler jalur Pamancar yang sudah ramai akan pendaki. Pada hari itu hanya ada rombongan kami yang berjumlah 24 orang. Basecamp Bayongbong pun belum sebesar basecamp-basecamp pada umumnya. Hanya terdapat 1 bale bambu yang cukup besar, 1 warung dan 1 mushola dan 2 kamar mandi. Namun tak usah khawatir, disekitar basecamp terdapat pemukiman yang lumayan lengkap untuk memenuhi kebutuhan sebelum mendaki.

Basecamp nampak dari depan
In frame : kiri-kanan
Olan, Dena, Tebe, Saya, Reza


Perjalanan dimulai sekitar pukul 15.30 dengan trek awal masih aspal dan pemukiman, butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke pos 1 dengan separuh jalan di pemukiman ramai sampai pada akhirnya memasuki wilayah perkebunan warga. Perjalanan terasa sangat lama karena jumlah rombongan yang banyak dan fisik kami yang sangat berbeda masing-masing individu nya. Dalam rombongan besar, terdapat 7 orang perempuan termasuk saya.


Jalur perkebunan sebelum Pos 1
In Frame: Teguh



Perjalanan semakin sore, dan kami tak tahu dimana Pos 1 tersebut, karena tak ada tanda-tanda shelter ataupun papan bertuliskan Pos 1, bahkan kami hanya mengira-ngira saja atas informasi yang kami dapat. Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2 sekitar 1 jam dengan trek yang masih perkebunan kentang, namun lebih berdebu.
Pemandangan dari perkebunan, sore hari cuaca yang berkabut.

Trek menuju pos 2 kami sebut tanjakan rindu terinspirasi dari tanjakan cinta hehe

Sampai di Pos 2 pada pukul 18.30 dalam keadaan gelap dan sepi. Pos 2 merupakan warung kecil dengan sumber air terakhir yang berada di belakang warung. Karena ini merupakan perjalanan Diklat, pendakian dihentikan untuk bermalam di Pos 2. Diawali dengan apel pembukaan dan malam keakraban.

Dalam diklat, kami dibagi menjadi 5 kelompok. Saya berada di kelompok 1 dengan ke-3 rekan saya (Andri, Reza, Riska). Kami mendirikan tenda di lahan yang telah panitia atur sedemikian rupa. Pukul 12.00 kami beristirahat untuk esok hari melanjutkan perjalanan.
Pos 2 terdapat warung

Pada pukul 05.00 kami semua dibangunkan, diawali dengan sholat subuh, dan setelahnya 4 orang panitia mengawali perjalanan untuk mengisi beberapa pos pengujian.

Di pos 2, tinggal lah 1 panitia yang juga merupakan mentor kami. Dia menghandle keberangkatan yang berselang 30 menit perkelompok. Kelompok kami, meskipun kelompok 1, tapi kami dapat giliran keberangkatan terakhir, sehingga kami menunggu lumayan lama di pos 2. Hingga akhirnya memulai perjalanan pada pukul 08.00

Sekitar 40 menit kami sampai pada pos pertama (pos 1 pengujian) yang berada di tengah tengah pos 2 dan pos 3. Setelah pengujian berakhir, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3 sebenarnya atau (pos 2 pengujian) sekitar 40 menit juga. Waktu yang terbilang normal, karena fisik kami saat itu masih bersahabat meskipun pada saat itu, kabut sudah mulai turun.



  Trek dari pos 2 menuju pos 3

Jarak dari pos 2 ke pos 3 lumayan jauh, jarak tempuh normal yaitu sekitar 1,5 jam sampai 2 jam dengan trek terus menanjak tanpa bonus sedikitpun dan medan yang semakin sulit dengan mulai memasuki hutan yang cukup rapat.





Trek dari pos 3 menuju pos 4 

Dari pos 3 ke pos 4 kami tempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam. Ditambah hari yang semakin berkabut dan hutan yang makin rapat. Beberapa kali kelompok kami berhenti untuk sekadar istirahat. Karena Riska sudah mulai kelelahan dan Andri yang dalam keadaan flu saat itu, nampak kelelahan pula karena hidung nya yang tersumbat menyebabkan nafas nya yang sedikit tersenggal.

Tak seperti pendakian-pendakian sebelumnya, kali ini kondisi saya cukup prima dengan membawa beban carrier yang sama saat pergi dari rumah. Dengan 4 botol air 1,5 lt dan beberapa alat kelompok. Tak seperti saat ke Merbabu yang isi carrier saya hampa karena kondisi kaki saya yang kerap kali terserang kram.

Persiapan fisik benar-benar dibutuhkan saat sebelum mendaki untuk menghadapi berbagai medan yang akan dilalui. 

Kembali ke topik, kami sampai di pos 4 dan beristirahat sedikit lama, sekitar 30 menit sambil bercengkrama dan sedikit berfoto ria.



Setelah beristirahat cukup lama, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5. Dalam perjalanan menuju pos 5 medan semakin curam dengan didominasi akar dan trek terus menanjak.
Beberapa kawan bahkan berkata 'dengkul nyium dagu itu betulan'. Sampai-sampai kami mengeluarkan webbing untuk bantuan pegangan karena banyak akar dan batu php yang di pegang malah lepas, hm.

Pos pengujian terakhir adalah pos 5 dengan adanya 2 pos pengujian dalam satu pos.

Setelah melakukan tes pengujian dalam rangka diklat, kami memutuskan beristirahat sedikit lama di pos 5 dengan memasak super bubur dan sedikit ngopi ngopi. Pos 5 ini cukup luas untuk mendirikan 4-5 tenda karena lumayan datar.

Lalu kami melanjutkan perjalanan ke pos 6 dengan berjalan sekitar 30-40 menit, di pos 6 ini kami dan seluruh peserta diklat akan berkemah.

Pos 6 ini lumayan strategis untuk bermalam, karena biasanya di Gunung Cikuray, para pendaki berkemah diatas puncak. Namun, kami memilih untuk berkemah di pos 6 dengan tanah datar yang muat sekitar 3 tenda dan ada beberapa tempat berkemah diatas pos 6 yang dipisahkan oleh pohon pohon yang dapat menahan hembusan angin.

Sesekali eksis hehe,
Kami bermalam di pos 6 yang lumayan dikelilingi pepohonan.

Malam dilalui dengan khidmat, dengan acara penyematan yang menegangkan ditengah angin kencang, dibawah terang rembulan dan taburan bintang.

Dipendakian biasanya, malam-malam dilalui dengan ceria atau dengan alunan badai. Kali ini, lebih menegangkan dari badai, acara penyematan berjalan dengan seperti biasanya penyematan pada umumnya. Penuh haru, suka, duka dan drama namun sangat bermakna.

Pada pukul 22.00 kami memasuki tenda dan melanjutkan berbincang dan bersenda gurau karena acara menegangkan telah dilalui dengan berakhirnya penyematan. Kami berencana untuk melakukan Summit Attack pada pukul 04.00, namun apadaya, tubuh kami tak ingin keluar dari sleeping bag. Dan hal itu menyebabkan kami mulai melakukan Summit Attack pada pukul 05.00.

Dari pos 6, sekitar ± 1 jam menuju puncak Cikuray.




Bayangan segitiga gunung Cikuray saat perjalanan Summit Attack



Samudra awan Puncak Gunung Cikuray..

Pada saat itu, Puncak sangat ramai karena hari Minggu. 

Mungkin segitu aja cerita kali ini, kali ini saya gak akan masukin rincian biaya akomodasi menuju Gunung Cikuray, karena kali ini pakai kendaraan pribadi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Gunung Merbabu Via Selo dari Bandung

Pendakian Gunung Guntur dari Bandung