Bagi Perempuan yang Ingin Memulai Menekuni Hobi Mendaki.
Bagaimana caranya dapat izin untuk mendaki? Ini caraku!
Hobi mendaki gunung kini sedang digandrungi oleh banyak kalangan. Mulai dari anak kecil hingga lansia menekuni hobi yang satu ini.
Bagi beberapa anak muda zaman sekarang, mendaki gunung telah menjadi lifestyle yang harus dilakukan dengan rutin dalam waktu berjangka.
Terlepas dari kesenangan, tak dipungkiri dengan hadirnya media sosial seperti instagram dan youtube kini sangat memengaruhi peningkatan kepopuleran hobi ekstrim satu ini.
Banyak dari teman-teman yang bertanya "Nis, gimana sih caranya biar diizinkan orang tua supaya boleh mendaki?"
Keinginan tersebut kebanyakan hadir dari "latah" nya anak muda. Si A mendaki, si B kepengen, si C mendaki si B makin kepengen. Karena katanya, mendaki itu hobi mahal yang gak semua orang bisa lakuin.
Eitss! Siapa bilang? Semua orang jelas bisa mendaki. Hanya saja banyak pandangan skeptis terhadap hobi ini. Mereka bertanya "Apa sih enaknya mendaki? Cuman capek jalan nanjak berjam-jam terus sampe puncak juga turun lagi".
Tau gak sih? Mendaki gunung itu adalah traveling paling murah. Hanya saja persiapan nya berkali-kali lipat dari modal traveling biasa. Banyak hal yang kita dapatkan dari Mendaki gunung, yang bisa aku sebutin mungkin sedikit. Seperti mentafakuri ciptaan-Nya, refreshing dari hiruk pikuk perkotaan, self-healing, dan lain sebagainya.
Yang bisa kalian rasakan juga banyak, seperti mensyukuri rasa sehat, mengenal lebih dalam kawan perjalanan, mengenal diri sendiri dan masih banyak esensi lain yang hanya bisa kalian sendiri rasakan tanpa tahu harus menyebutkannya seperti apa.
Untuk perempuan nih, apa sih yang harus kalian lakukan sebelum pendakian? Supaya orang tua percaya dan kasih izin sama kita? Ini beberapa hal yang biasa aku lakukan.
1. Perbekali diri dengan pengetahuan dasar seperti mountaineering, survival, perencanaan perbekalan perjalanan dan navigasi darat.
Ini hal mendasar banget nih yang perlu kita pelajari sebagai seorang pendaki pemula. Jangan kira perempuan cuman jadi follower dalam pendakian. Kita pun sama pentingnya buat memahami ilmu dasar dari mountaineering, survival, perencanaan perbekalan perjalanan bahkan navigasi darat. Ya, minimal kita belajar dulu tentang mountaineering deh sama perencanaan perbekalan perjalanan. Itu hal mendasar yang harus kita tahui.
Untuk navigasi darat, hal ini perlu dipejari dengan ahli dikarenakan menang sangat tricky dalam penerapannya. Sama halnya dengan survival yang akan sangat berguna dalam keadaan mendesak di tengah pendakian.
2. Cari tahu tentang medan dan informasi gunung yang akan di daki.
Hal ini sangat perlu dilakukan, dengan mencari tahu medan gunung yang akan di daki, akan mempermudah perencanaan perjalanan. Seberapa jauh kita berjalan, durasi perjalanan, banyak pos, cuaca, sumber air, campinh ground serta seperti apa medan yang dilewati.
Aku sih biasanya cari tahu lebih dahulu di internet atau tanya-tanya sama kawan yang lebih dulu pernah mendaki gunung tersebut.
Namun, jika kalian adalah jenis orang penakut sepertiku, jangan cari tahu tentang "cerita mistis" dulu ya. Karena hal itu bisa berpengaruh terhadap kesiapan mental kita sebelum mendaki.
3. Persiapkan fisik dan mental.
Hal penting sekali, fisik! Ini yang jadi problematika utama dari para perempuan yang akan mendaki. Aku punya prinsip jangan merepotkan teman seperjalanan. Maka dari itu persiapkan fisik kita setiap mungkin.
Kalau zaman sekolah, aku kebantu banget sama pelajaran olahraga dan latihan rutin Taekwondo, jadi olah fisik untuk mendaki biasanya aku lakukan intens itu di 2 minggu sebelum pendakian.
Jogging dan workout yang fokus di kekuatan otot kaki ngaruh banget buatku. Simpel aja, lari sore atau pagi 30 menit terus workout sebisa mungkin 30 menit efektif. Kalau aku sih waktunya menyesuaikan dengan kesibukan dan kemalasan hehe.
Untuk mental, yakinin diri kita bahwa kita gaakan merepotkan. Siapkan segalanya dengan matang sampai kita yakin kita akan bisa melalui semua tantangan di perjalanan.
Selain dari cerita mistis yang sering menatuhkan mental, fisik pun berpengaruh kepada mental kita.
Khusus para perempuan nih sesuai judul, tolong kalian buat perencanaan pendakian dengan menghitung waktu datang bulan. Karena saat datang bulan, imun itu seringkali naik turun.
Satu waktu aku mendaki gunung Gede via Putri dalam keadaan haid sejak awal pendakian hingga pulang, rasanya seolah akan mati. Padahal persiapan latihan fisik, aku rasa cukup. Namun nyatanya kram perut sangat menggangu perjalanan. So, pastikan kalian mendaki tidak saat datang bulan.
4. Persiapkan alat dan perbekalan yang mumpuni.
Ini pentingnya belajar management pendakian terutama di bidang perencanaan perbekalan dan perjalanan.
Meskipun sebagai pemula, kita harus siap dengan alat standard yang akan membuat tubuh kita safety saat melakukan perjalanan. Prioritas utamaku adalah sepatu, jaket polar dan wind breaker, sleeping bag serta carrier.
Alat tersebut akan menjadi penunjang keberhasilan pendakian. Tumpuan utama kita ada pada kaki. Kenyamanan sepatu menjadi kunci utama dalam melangkah dan menjaga keamanan kaki. Jaket serta sleeping bag pun menjadi instrumen utama dalam menjaga suhu tubuh supaya tetap normal dan hangat untuk menghindari hipotermia.
Perbekalan, yaitu logistik. Minimal kita menyiapkan logistik pribadi untuk kebutuhan diri sendiri di dalam tas kita. Air, karbohidrat, protein, vitamin c, obat-obatan pribadi. Komponen utama dalam mempertahankan daya tahan tubuh kita. Jangan sampai perbekalan pribadi pun kita titip di teman.
Dan segala perlengkapan dan perbekalan akan kita bawa dalam satu tas yang bernama carrier. Tas ini sangat diperlukan dalam pendakian, lebih baik lagi dengan back system yang nyaman saat kita gendong berjam-jam.
5. Jujur dalam perencanaan pendakian, termasuk kawan perjalanan.
Ini hal terpenting untuk mendapatkan izin. Kalian harus berkata jujur dengan rencana pendakian kalian. Meminta izin jauh-jauh hari sekaligus mempersiapkan segala komponen lain. Ceritakan siapa saja kawan perjalanan. Kalau bisa, kawan yang sudah kenal dengan orang tua kalian atau yang sudah berpengalaman minimal mendaki lebih dari 3 gunung.
Hal ini diperlukan karena pengalaman menjadi salah satu kunci dalam mendapatkan kepercayaan orang tua untuk melepaskan izin. Pernah lihat quotes di buku sidu? "Experience is the best teacher" dan itu benar adanya. Dengan seseorang yang berpengalaman, setidaknya kita dapat belajar dari pengalaman orang tersebut dalam management pendakian. Dan orang tersebut dapat menerapkan pengalaman nya di pendakian selanjutnya. Setidaknya, dia sudah sedikit paham dengan kondisi-kondisi tertentu di dalam pendakian.
6. Selalu berkabar, meminta do'a dan bercerita jika telah kembali pulang.
Selalu berkabar dengan orang rumah sebelum berangkat, sebelum mendaki dan sehabis turun tanpa diminta dan dihubungi terlebih dahulu.
Jangan menunggu ibu atau ayahmu menelpon terlebih dahulu, tapi berinisiatif lah dalam memberi kabar seperti sebelum mendaki, di tempat mendapatkan sinyal terakhir. Kabari mereka seperti "halo bu, aku akan naik nanti jam 9. Diperkirakan sampai tempat bermalam itu jam 4 sore. Dan besok rencana turun jam 10. Doakan lancar dan tidak ada kendala."
Selalu berkabar begitu, sama seperti sebelum naik. Setelah turun pun tetap berkabar sampai pada akhirnya akan kembali ke rumah pun kabari orang tua sebisa mungkin.
Dan terakhir, ceritakan kepada mereka betapa berarti dan menyenangkannya perjalanan kalian.
Itu hal yang biasa aku lakukan sebelum melakukan pendakian. Namun ingat, jika orang tua benar-benar tidak mengizinkan. Apa boleh buat? Memaksa tak ada gunanya. Bepergian tanpa restu orang tua sama dengan mencari kualat di perjalanan.
Mungkin aku mudah untuk meminta izin, karena kakak dan bapakku seorang pegiat alam juga. Namun meski demikian, aku tetap meminta izin dengan benar kepada mereka.
Aku mohon koreksi dari teman-teman yang membaca. Karena disini kita sama-sama belajar. Itu hanyalah sebagian tips dari aku yang berhasil menerapkan hal-hal tersebut. Jika ingin sharing, mari sharing di kolom komentar.
Selamat mencobaa!!
Komentar
Posting Komentar